Lail: rasaku sendu memandang wajah dalam cermin itu layu...: rasaku sendu memandang wajah dalam cermin itu layu. air matanya menetes mendekap dirinya tanpa pamit. satu dua kata merengkuhnya dalam duka.
Ketika satu rasa membungkam jutaan kata dalam rongrongan senja, dan berpadu dengan setiap ayunan kisah yang mengaduh tanpa ampun. kurasa, ia tak sedang mengemis simpati. Hanya saja, satu diantara ribuan yang ada mampu melihat senyum itu terluka.
Tampias air itu, ia tatap lamat-lamat. dengan pandangan kosong yang berserabutkan catatan-catatan dalam gaungan pena merah.
Aku menatapnya pasi, duduk memeluk lutut dibawah rerintikan hujan yang menampar habis wajahnya tanpa permisi. ia hanya tengah mencoba mengatupkan luka yang sudah terlanjur menganga. Atau mungkin , ia hanya butuh tanda koma dalam ceritanya. yang membuat jeda pada hati, agar ia tidak lagi sesak.
Kudapati jeritan hatinya yang teramat dalam. Ia bentangkan layar dan kemudian pergi mengarungi samudera di antah berantah sana. Seolah ingin pergi, dan takkan pernah kembali.
Sangat disayangkan, kompasnya hilang ditelan dalamnya lautan saat badai menerpa.
Aku yakin, ia akan baik-baik saja.
Dan benar, nyatanya ia sampai juga pada daratan dan kembali menorehkan kisah terhebatnya yang takkan pernah hilang ditelan zaman.
Biarlah masa yang kan menghapuskan lukanya. Menata kembali kepingan puzzle yang entah sampai dimana dan seperti apa saat ini. Semangat itu tetap akan menyala, sekecil apapun ia tetap terjaga.
Sampai jumpa pada kisah selanjutnya, yang mendapati dirinya sudah sekokoh karang ditengah samudera sana.
#Lail
Minggu, 15 Oktober 2017
rasaku sendu memandang wajah dalam cermin itu layu. air matanya menetes mendekap dirinya tanpa pamit.
satu dua kata merengkuhnya dalam duka.
rasa itu mendekapnya tanpa permisi, tak bertanya apakah ia siap atau tidak .
tak bertanya, apakah ia mampu atau tidak .
aku bisa apa ?
hanya mampu menerka setiap kata yang terucap dalam sisa sisa rasa berbalut nestapa.
langkahnya semakin ragu,
tawanya hilang tergilas pijakan masa lalu.
hujan itu,
membawanya pergi bersama sejuta kenangan, membawanya menari bersama pahitnya kekecewaan.
ia terus berlari, hingga aku lelah mengikuti.
saat ia berhenti,
aku menatapnya lamat lamat dalam buliran air yang menetes diantara nafas yang memburu.
ia berhenti pada sebuah persimpangan janji,
janji dimana ia akan kembali,
menanti bayang bayang yang telah pamit pergi .
#Lail
satu dua kata merengkuhnya dalam duka.
rasa itu mendekapnya tanpa permisi, tak bertanya apakah ia siap atau tidak .
tak bertanya, apakah ia mampu atau tidak .
aku bisa apa ?
hanya mampu menerka setiap kata yang terucap dalam sisa sisa rasa berbalut nestapa.
langkahnya semakin ragu,
tawanya hilang tergilas pijakan masa lalu.
hujan itu,
membawanya pergi bersama sejuta kenangan, membawanya menari bersama pahitnya kekecewaan.
ia terus berlari, hingga aku lelah mengikuti.
saat ia berhenti,
aku menatapnya lamat lamat dalam buliran air yang menetes diantara nafas yang memburu.
ia berhenti pada sebuah persimpangan janji,
janji dimana ia akan kembali,
menanti bayang bayang yang telah pamit pergi .
#Lail
Selasa, 03 Oktober 2017
sajak putih
DIANTARA KERAPUHAN AKU BANGKIT
mungkin selayaknya apa yang banyak kau dengar tentang sebuah kata yang jua di nalar jiwa.
membumbung tinggi bersama awan yang terus berjalan membersamai angin dan harapan.
merengkuh kerapuhan yang menjerat hati dalam gulana yang melanda diri. selaksa kisah yang sekian lama bersemayam dalam diam teruntai dalam tetesan hujan.
....
aku tau,
jalan ini begitu berliku. namun, seperti merpati yang tengah terluka sayapnya. ia takkan mampu terbang, serendah apapun itu.
rapuh itu menjerat seluruh fikir dan rasaku. terkubur dalam, bersama memori memori kehidupan.
aku berteriak, namun menggema.
aku berlari, namun tak berpindah dari tempat yang semula ku pijaki.
....
semacam mimpi yang terus membayang-bayangi, selalu mengikuti kemanapun aku pergi.
sesempurna doa Sholahudin Al Ayyubi,
"ketika aku meminta kekuatan atas segala ujian ujian, maka Allah berikan tumpukan ujian agar bertambah pula kekuatan itu".
....
aku terdiam, dalam tengah fikir yang menggelora saat itu.
ditengah hujan, aku menepi. mencari akal agar bagaimana caranya aku melewati guyuran hujan, tanpa basah sedikitpun.
ternyata, semua itu mustahil. bak membangun sebuah kerajaan ditengah lautan.
....
fikirku berkutat masih pada problema yang sama. hingga aku menyerah dan tak ku temukan bagaimana ujungnya .
untuk apa aku menepi? jika hujan ini takkan pernah berhenti.
satu dua langkah kudatangi, merasakan tetes demi tetes hujan yang mulai membasahi.
tahukah?
tak kurasakan apapun, kecuali ketenangan mulai menyelimuti jiwa yang satu detik lalu masih gelisah. aku tak lagi ingin lari, tapi aku ingin menari.
menari bersama hujan,
menari menjemput kenangan tanpa air mata tertahan
....
#Lail
mungkin selayaknya apa yang banyak kau dengar tentang sebuah kata yang jua di nalar jiwa.
membumbung tinggi bersama awan yang terus berjalan membersamai angin dan harapan.
merengkuh kerapuhan yang menjerat hati dalam gulana yang melanda diri. selaksa kisah yang sekian lama bersemayam dalam diam teruntai dalam tetesan hujan.
....
aku tau,
jalan ini begitu berliku. namun, seperti merpati yang tengah terluka sayapnya. ia takkan mampu terbang, serendah apapun itu.
rapuh itu menjerat seluruh fikir dan rasaku. terkubur dalam, bersama memori memori kehidupan.
aku berteriak, namun menggema.
aku berlari, namun tak berpindah dari tempat yang semula ku pijaki.
....
semacam mimpi yang terus membayang-bayangi, selalu mengikuti kemanapun aku pergi.
sesempurna doa Sholahudin Al Ayyubi,
"ketika aku meminta kekuatan atas segala ujian ujian, maka Allah berikan tumpukan ujian agar bertambah pula kekuatan itu".
....
aku terdiam, dalam tengah fikir yang menggelora saat itu.
ditengah hujan, aku menepi. mencari akal agar bagaimana caranya aku melewati guyuran hujan, tanpa basah sedikitpun.
ternyata, semua itu mustahil. bak membangun sebuah kerajaan ditengah lautan.
....
fikirku berkutat masih pada problema yang sama. hingga aku menyerah dan tak ku temukan bagaimana ujungnya .
untuk apa aku menepi? jika hujan ini takkan pernah berhenti.
satu dua langkah kudatangi, merasakan tetes demi tetes hujan yang mulai membasahi.
tahukah?
tak kurasakan apapun, kecuali ketenangan mulai menyelimuti jiwa yang satu detik lalu masih gelisah. aku tak lagi ingin lari, tapi aku ingin menari.
menari bersama hujan,
menari menjemput kenangan tanpa air mata tertahan
....
#Lail
Kamis, 09 Februari 2017
Kembali dengan lail yang berbeda
Hujan..
Satu kata yang memiliki banyak makna, memiliki banyak cerita, memiliki banyak kenangan.
Aku tak pernah bosan membagi kisah tentangnya. Tentang hujan yang pernah merantai kuat fikirku. Tentang hujan yang pernah membelenggu jiwaku dalam kenangan masa itu. Tentang hujan yang membagi sebuah senyuman terindah bersama tetesan air yang menyamarkan airmataku.
Aku kembali,
Kembali dengan sejuta kenangan pahit dalam memori masa lalu.
Kembali dengan hujan yang kala itu menahanku untuk tetap bertahan.
Hanya saja, perlahan putaran waktu telah mengubah sajak kepahitan yang pernah ada.
Mengubah sosok yang lemah menjadi sekuat karang.
Lail..
Lail yang dulu takut jika hujan turun,
Lail yang dulu terkurung dengan kisah masa lalunya,
Lail yang dulu tak pernah berhasil melintasi alegori fikirnya.
Selamat tinggal..
Karena lail kini tlah mampu membungkus setiap kenangan dengan senyuman.
Karena lail telah bersahabat dengan hujan.
Hujan yang kala itu membangkitkan setiap kenangan yang telah lama bersemayam.
#Lail
Satu kata yang memiliki banyak makna, memiliki banyak cerita, memiliki banyak kenangan.
Aku tak pernah bosan membagi kisah tentangnya. Tentang hujan yang pernah merantai kuat fikirku. Tentang hujan yang pernah membelenggu jiwaku dalam kenangan masa itu. Tentang hujan yang membagi sebuah senyuman terindah bersama tetesan air yang menyamarkan airmataku.
Aku kembali,
Kembali dengan sejuta kenangan pahit dalam memori masa lalu.
Kembali dengan hujan yang kala itu menahanku untuk tetap bertahan.
Hanya saja, perlahan putaran waktu telah mengubah sajak kepahitan yang pernah ada.
Mengubah sosok yang lemah menjadi sekuat karang.
Lail..
Lail yang dulu takut jika hujan turun,
Lail yang dulu terkurung dengan kisah masa lalunya,
Lail yang dulu tak pernah berhasil melintasi alegori fikirnya.
Selamat tinggal..
Karena lail kini tlah mampu membungkus setiap kenangan dengan senyuman.
Karena lail telah bersahabat dengan hujan.
Hujan yang kala itu membangkitkan setiap kenangan yang telah lama bersemayam.
#Lail
Langganan:
Postingan (Atom)