Jumat, 04 Mei 2018

SAJAK – SAJAK KEHIDUPAN

======================================

Aku tak punya cukup keberanian untuk merangkai sejuta mimpi yang dulu pernah terurai.

Entah kemana kaki ini akan melangkah tuk menemukan kembali jejak jejak seorang pejuang yang terekam dalam memori kehidupan. Bukan tentang sebuah rasa, cinta ataupun luka.

Hanya tentang masa yang setia menanti hingga pada waktunya nanti dan sebuah penerimaan yang kan meraja pada sajak sajak kehidupan.

Bagaimana mungkin, seorang yang terbalut rasa takut itu mampu bangkit dan berjalan kembali meraih setiap asa yang menjadi mimpinya? Sedang mata yang terbelalak dalam alegori kehidupan kini tengah tertutup gelapnya kenyataan.

Aku tetap yakin, semua akan indah pada waktunya

Harapan yang masih tertera pada sebuah perkamen lusuh ditutup pekatnya debu membuatnya semakin usang. Pilu ini takkan selesai jika hanya terangkaikan kata yang tergambar dilema. Tak lelah jari ini jika harus menggoreskan tinta pada kerta kertas putih yang sudah tersimpan begitu lamanya.

Waktu yang akan menghapusnya.

Waktu yang akan membuatnya hilang

Dan waktu yang akan merengkuh derita hingga air mata telah kering.

Hujan,

Telah merekam tragedi demi tragedi yang terkuak dibalik tabir nyata yang menggerogoti fikirnya. Kian lama kian memudar, hingga nanti entah akan terhapus begitu saja atau akan kembali ada dengan bantuan tangan tangan yang sudi melukiskan guratan cerita di dalamnya.

Ahh....... semua begitu kelu untuk ku ungkap satu persatu. Hatiku tak cukup mampu untuk kembali ke masa itu. Terlalu kelam, hingga aku sendiri tak ingin kembali menoleh untuk sekedar mengingatnya.

Mungkin bagimu yang hanya meraba dan menatap iba, semua begitu mudahnya hingga terlontar kata yang tak seharusnya. Kau boleh menjadi diriku jika kau mau.

Aku lelah, tapi bukan berarti aku menyerah. Hati dan jiwa ini hanya butuh jeda didalamnya. Ruang kosong yang dulu ada, kini tengah dipenuhi problema.

Hingga untuk sekedar bernafaspun, aku terengah.

Bukan saatnya perdebatan itu menjadi raja, tentang siapa, bagaimana, dan seperti apakah.

Satu nasehat lama yang selalu menjadi penguat raga,

“ saat kita gagal 1000 kali, maka pastikan kita bangkit 1001 kali “.

Terkadang kita hanya ingin pergi sejenak, bukan untuk lari dari masalah tapi untuk menyisakan lagi ruang hati agar tak terlalu sesak. Agar ia kuat lagi menghadapi tumpukan rasa yang siap datang. Entah rasa apa saja.

Bukankah luka dihati itu tanda bahwa kita sedang belajar??

Kita belajar bagaimana mengobatinya,

Kita belajar membujuknya untuk tak lagi sakit walau masalah menumpuki ruang ruangnya. Kita belajar untuk bernegosiasi dengan apa apa yang siap menyakitinya. Bahwa bagaimanapun keadaan membuat hati terhimpit, kita masih bisa mengajak hati untuk bisa lapang.

 

#semuaakanindahpadawaktunya

Lail