SAJAK
– SAJAK KEHIDUPAN
======================================
Aku tak punya cukup keberanian untuk merangkai sejuta mimpi
yang dulu pernah terurai.
Entah kemana kaki ini akan melangkah tuk menemukan kembali
jejak jejak seorang pejuang yang terekam dalam memori kehidupan. Bukan tentang
sebuah rasa, cinta ataupun luka.
Hanya tentang masa yang setia menanti hingga pada waktunya
nanti dan sebuah penerimaan yang kan meraja pada sajak sajak kehidupan.
Bagaimana mungkin, seorang yang terbalut rasa takut itu
mampu bangkit dan berjalan kembali meraih setiap asa yang menjadi mimpinya?
Sedang mata yang terbelalak dalam alegori kehidupan kini tengah tertutup
gelapnya kenyataan.
Aku tetap yakin, semua akan indah pada waktunya
Harapan yang masih tertera pada sebuah perkamen lusuh
ditutup pekatnya debu membuatnya semakin usang. Pilu ini takkan selesai jika
hanya terangkaikan kata yang tergambar dilema. Tak lelah jari ini jika harus
menggoreskan tinta pada kerta kertas putih yang sudah tersimpan begitu lamanya.
Waktu yang akan menghapusnya.
Waktu yang akan membuatnya hilang
Dan waktu yang akan merengkuh derita hingga air mata telah
kering.
Hujan,
Telah merekam tragedi demi tragedi yang terkuak dibalik
tabir nyata yang menggerogoti fikirnya. Kian lama kian memudar, hingga nanti
entah akan terhapus begitu saja atau akan kembali ada dengan bantuan tangan
tangan yang sudi melukiskan guratan cerita di dalamnya.
Ahh....... semua begitu kelu untuk ku ungkap satu persatu.
Hatiku tak cukup mampu untuk kembali ke masa itu. Terlalu kelam, hingga aku
sendiri tak ingin kembali menoleh untuk sekedar mengingatnya.
Mungkin bagimu yang hanya meraba dan menatap iba, semua
begitu mudahnya hingga terlontar kata yang tak seharusnya. Kau boleh menjadi
diriku jika kau mau.
Aku lelah, tapi bukan berarti aku menyerah. Hati dan jiwa
ini hanya butuh jeda didalamnya. Ruang kosong yang dulu ada, kini tengah
dipenuhi problema.
Hingga untuk sekedar bernafaspun, aku terengah.
Bukan saatnya perdebatan itu menjadi raja, tentang siapa,
bagaimana, dan seperti apakah.
Satu nasehat lama yang selalu menjadi penguat raga,
“ saat kita gagal 1000 kali, maka pastikan kita bangkit
1001 kali “.
Terkadang kita hanya ingin pergi sejenak, bukan untuk lari
dari masalah tapi untuk menyisakan lagi ruang hati agar tak terlalu sesak. Agar
ia kuat lagi menghadapi tumpukan rasa yang siap datang. Entah rasa apa saja.
Bukankah luka dihati itu tanda bahwa kita sedang belajar??
Kita belajar bagaimana mengobatinya,
Kita belajar membujuknya untuk tak lagi sakit walau masalah
menumpuki ruang ruangnya. Kita belajar untuk bernegosiasi dengan apa apa yang
siap menyakitinya. Bahwa bagaimanapun keadaan membuat hati terhimpit, kita
masih bisa mengajak hati untuk bisa lapang.
#semuaakanindahpadawaktunya
Lail