Rabu, 28 Februari 2018

"_Tentang Sebuah Rasa_"


Polemik semburat asa membumbung tinggi hingga cakrawala, menerkam segumpal ego yang kian lama kian menipis. Ku tatap wajahnya kian layu, merenungi pijakan langkah yang beriringan bersama dilema.

"Ahhh......aku tak tau lagi, dan aku menyerah". Ujar batin itu dalam mata yang berbinar.

Sekejap ku temui wajah itu berlarian memburu ombak yang tak jua mampu membersamainya dipesisir. Menanti senja menyapa nya dalam balutan rasa, dan berpamit ketika malam tiba.

Aku hanya seorang pengamat,yang dalam memo nya hanya angin lalu dalam hari yang semakin menyusut.

Perjuangan itu belum berakhir, atau bahkan baru akan dimulai.

Dari matanya terpancar hingar bingar rasa yang menggebu tak beraturan.
Nafasnya terengah, meneriakkan segala gundah namun tetap saja tak ada satupun orang yang mendengar.

Aku, menatapnya lamat-lamat. Mencoba membaca apa yang terpancar dari setiap kata dan semburat wajah sendu bertemakan ingin yang tak menjuru.

Ranting rindu itu mulai muncul, menikam habis senyum yang menggenggam erat sebuah fikir. Ia masih saja sekeras batu, tetap berlari mengejar mentari yang jutaan mil cahaya jauhnya hanya untuk sekedar bertegur sapa.
Sedang pada akhirnya, ku dapati dirinya terkapar tak berdaya, memeluk erat setiap rasa yang hingga sampai detik ini tak berkurang sedikitpun.

Sampai kapan siklus itu akan menjadi kabut dalam hidupnya ?
Yang tengah melukis indah setiap harapan-harapan yang dirangkai, hingga lupa bahwa penghapus itu tak ada padanya.

Peluklah damai setiap kisah yang sudah tertoreh, hingga sbuah prasasti janji kan kau kenang dengan senyum manis yang menghiasi wajah kalut tak berdaya.

Diriku mulai pudar, tertikam habis harapan yang hanya sekedar angan.
Sampai jumpa pada kisah berikutnya, hingga kau dapati Lail yang berbeda.

#Lail