Hujan, malam dan kenangan. Berbaur menjadi satu dalam memori ingatan yang tak sedikitpun tersingkap dari batin jiwaku.
Bukankah tiada yang salah dari hujan?lalu mengapa kau harus meronta memintanya untuk tak meneteskan setitik airpun?
Apakah kau takut dengan kenangan yang telah terkubur dalam lalu akan kembali bangkit dari alegori fikirmu?
Wahai, sejatinya kenangan hanyalah kenangan, karena ia takkan pernah kembali dalam bentuk apapun. Penerimaam yang indah adalah hal yang seharusnya ada, bukan bersaing dengan fikir yang meraja pada sebuah rasa.
Langkah yang merindu pada senyum dan tawa bahagia, tlah terhenti dengan sejuta tangis yang mengembara. Hanya pada sebuah kata yang ia pun tak tau apa maknanya hingga mampu menusuk relung jiwanya.
Takdir kita takkan tertukar kawan?
Wahai hati, bukankah ikhlas itu tak berbatas? Lalu mengapa kau meratapi keadaan yang mungkin akan berubah nantinya? Jikapun tidak, maka biarlah hati memperoleh ketenangannya bersama sang Illahi. Tidak lagi beralegori dengan fikir yang tiada berhenti.
Cukuplah tangis yang tlah terlewati, cukuplah resah yang selalu menyelimuti, dan bergantilah dengan senyum penerimaan yang indah. Agar hati dan kata tak lagi berseteru dalam jiwa.
#Lail